Rabu, 26 Maret 2014

FAKTA-FAKTA MANFAAT TANAMAN GANJA DALAM ILMU MEDIS



      Ganja sebagai tanaman yang paling terkenal sepanjang sejarah manusia, tidak bisa dipungkiri telah mengalami berbagai bentuk pemberitaan yang tidak obyektif dan cenderung negatif. Dari sudut pandang kesehatan manusia, tanaman Ganja (Cannabis sativa) adalah tanaman yang telah memiliki sejarah panjang dalam literatur-literatur medis purba dari berbagai kebudayaan dunia.

 1. Kitab “Pen T’sao Ching” adalah kitab pengobatan herbal yang pertama di dunia. Dikumpulkan dari catatan-catatan Kaisar Shen Nung pada tahun 2900-2700-an S.M. (Sebelum Masehi), kitab ini menyebutkan bahwa Ganja memiliki khasiat menghilangkan sakit datang bulan, malaria, rematik, gangguan kehamilan, gangguan pencernaan, dan penyakit lupa.

 2. Tablet (potongan-potongan batu) yang ditemukan di reruntuhan perpustakaan Ashurbanipal di Kouyunjik adalah kumpulan peninggalan ilmu pengetahuan dari peradaban di daerah subur Mesopotamia. Raja Ashurbanipal yang memerintah di kota Niniveh antara tahun 668 hingga 626 S.M. adalah simbol bagi kemajuan ilmu pengetahuan peradaban di Mesopotamia. Keping-keping batu yang dipahat dengan huruf paku (cuneiform) ini menyebutkan bahwa tanaman ganja memiliki manfaat sebagai : insektisida, perangsang seksual, menyembuhkan impotensi, neuralgia (penghilang rasa sakit saraf), tonik (penyegar), menyembuhkan penyakit ginjal, penyumbatan paru-paru, kejang, depresi, kecemasan, epilepsi, luka, dan memar pada kulit hingga menghilangkan sakit menstruasi.

 3. Berbagai kitab pengobatan dari India juga menyebutkan mengenai beragam khasiat ganja dalam penyembuhan berbagai penyakit. Kitab Susruta Samhita (yang ditulis sekitar 800-300 S.M.) menyebutkan ganja berkhasiat dalam pengobatan radang pernafasan, diare, produksi cairan yang berlebih, serta demam. Sementara kitab seperti Rajanirghanta yang ditulis oleh Nahari Pandita pada tahun 300 masehi menyebutkan khasiat ganja untuk merangsang nafsu makan, memperbaiki ingatan, dan menghilangkan gas dalam sistem pencernaan. Di beberapa negara tumbuhan ini tergolong narkotika, walau tidak terbukti bahwa pemakainya menjadi kecanduan, berbeda dengan obat-obatan terlarang jenis lain yang menggunakan bahan-bahan sintetik atau semi sintetik dan merusak sel-sel otak, yang sudah sangat jelas bahayanya bagi umat manusia. Di antara pengguna ganja, beragam efek yang dihasilkan, terutama euforia (rasa gembira) yang berlebihan serta hilangnya konsentrasi untuk berpikir di antara para pengguna tertentu. Efek negatif secara umum adalah pengguna akan menjadi malas dan otak akan lamban dalam berpikir. Namun, hal ini masih menjadi kontroversi, karena tidak sepenuhnya disepakati oleh beberapa kelompok tertentu yang mendukung medical marijuana dan marijuana pada umumnya.

         Selain diklaim sebagai pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk penyakit tertentu (termasuk kanker), banyak juga pihak yang menyatakan adanya lonjakan kreativitas dalam berpikir serta dalam berkarya (terutama pada para seniman dan musisi). Berdasarkan penelitian terakhir, hal ini (lonjakan kreativitas), juga dipengaruhi oleh jenis ganja yang digunakan. Salah satu jenis ganja yang dianggap membantu kreativitas adalah hasil silangan modern “Cannabis indica” yang berasal dari India dengan “Cannabis sativa” dari Barat. Jenis ganja silangan inilah yang tumbuh di Indonesia. Efek yang dihasilkan juga beragam terhadap setiap individu. Segolongan tertentu ada yang merasakan efek yang membuat mereka menjadi malas, sementara ada kelompok yang menjadi aktif, terutama dalam berfikir kreatif (bukan aktif secara fisik seperti efek yang dihasilkan metamfetamin). Ganja, hingga detik ini, tidak pernah terbukti sebagai penyebab kematian maupun kecanduan. Bahkan, di masa lalu dianggap sebagai tanaman luar biasa, di mana hampir semua unsur yang ada padanya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. 

            Hal ini sangat bertolak belakang dan berbeda dengan efek yang dihasilkan oleh obat-obatan terlarang dan alkohol, yang menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan hingga tersiksa secara fisik, dan bahkan berbuat kekerasan maupun penipuan (aksi kriminal) untuk mendapatkan obat-obatan kimia buatan manusia itu. Dalam penelitian ilmiah dengan metode systematic review yang membandingkan efektifitas ganja sebagai obat antiemetic didapatkan hasil ganja memang efektif sebagai obat antiemetic dibanding prochlorperazine, metoclopramide, chlorpromazine, thiethylperazine, haloperidol, domperidone, atau alizapride, tetapi pengunaannya sangat dibatasi dosisnya, karena sejumlah pasien mengalami gejala efek psikotropika dari ganja yang sangat berbahaya seperti pusing, depresi, halusinasi, paranoia, dan juga arterial hypotension. Negeri Yunani sebagai salah satu lokasi asal penyebaran tonggak kemajuan peradaban manusia melahirkan juga kumpulan pengetahuan medisnya.

       Kitab “Materia Medica” yang ditulis oleh Dioscorides (1 S.M.) pada masa setelah Romawi menguasai Yunani menjadi buku rujukan bagi ilmuwan dari banyak bangsa selama 1500 tahun. Dalam “Materia Medica”, Dioscorides mencatat ganja sebagai tanaman yang serat batangnya bagus dan kuat untuk dibuat tali, sementara bijinya bermanfaat untuk mengobati sakit telinga dan hilangnya gairah seksual (Dioscorides 1968 – 3.165 – p.390). Dalam “de facultatibus alimentorum”, Claudius Galen atau yang lebih terkenal dengan Galen (128-201 Masehi) mencatat kalau masyarakat Yunani saat itu memakan kue dengan bahan ganja yang dinamai cum aliis tragematis & quot untuk kegembiraan dalam perjamuan. Sementara sebagai obat, Galen mencatat kalau ganja dipakai untuk menghilangkan rasa sakit dan menghilangkan gas dari saluran pencernaan. Pemikir Yunani lain yang bernama Gaius Plinius Secundus atau “Pliny si Tua” (23-79 M) mencatat kegunaan ganja dalam “Naturalis Historia” sebagai jus untuk mengeluarkan cacing dan binatang2 kecil yang masuk ke telinga, menghilangkan sakit perut, menyembuhkan persendian yang kaku, rematik dan penyakit kulit.
       
          Kumpulan pengetahuan medis dari bangsa Yunani ini kemudian diteruskan perkembangannya oleh bangsa Arab. Bangsa Arab merupakan bangsa yang memiliki kumpulan pengetahuan medis tentang ganja dengan jumlah paling banyak dibandingkan bangsa-bangsa yang lain sebelum abad ke-20. Catatan pertama manfaat medis ganja dalam literatur Arab muncul dari tulisan dokter bernama Ibn-Masawayh (857 M) yang menyebutkan kegunaannya sebagai obat sakit telinga. Pada abad ke-10, bapak kedokteran Arab, Ibnu Sinna atau yang lebih terkenal di dunia dengan Avicenna juga mencatat manfaat ganja untuk mengeluarkan gas dari perut. Epilepsi merupakan penyakit yang tercatat oleh bangsa Arab sebagai penyakit yang dapat disembuhkan dengan ganja. Ibn al-Badri pada abad ke-15 menyebutkan kalau ganja bisa menyembuhkan serangan epilepsi dalam seketika (Lozano, 1989).

         Pada awal abad ke-13 muncul larangan pertama di dunia Arab berdasarkan ajaran agama Islam mengenai pemakaian ganja, tepatnya pada masa kekuasaan raja al-Zahir baybars (Hamarneh, 1957). Tetapi seorang dokter kerajaan yang bernama Yusuf ibn Rasul masih bersikeras menggunakannya dalam praktek pengobatan untuk menyembuhkan sakit kepala (Lewis et al. 1971). Catatan kegunaan medis menarik tentang ganja yang baru muncul dari bangsa Arab adalah khasiatnya menyembuhkan tumor.
       
       Ibn Buklari pada abad ke-11 menyebutkan kalau jus dari daun ganja bisa menyembuhkan ‘abses’ di kepala, Ibn-al-Baytar seabad kemudian menyebutkan khasiat minyak dari biji ganja untuk menghilangkan tumor yang sudah mengeras (al-awram al-siya).

     Catatan lain datang dari Muhammad Riza Shirwani pada abad ke-17 yang memakai biji ganja untuk pengobatan tumor pada rahim (Mu’min, 1669). Pemakaian ganja sebagai pengobatan menyebar ke Eropa dan bahkan ke Amerika Selatan dari negeri Arab. Bangsa Arab adalah yang memperkenalkan benua Eropa pertama kali dengan salah satu penemuan terpenting umat manusia, yaitu kertas (kebetulan bahan bakunya adalah serat batang ganja). Bangsa Arab juga menjadi perantara penyebaran ilmu-ilmu kuno dari zaman keemasan Yunani dan Romawi, salah satunya adalah ilmu medis atau pengobatan.

Dalam hal ini bangsa Arab memiliki kumpulan pengetahuan khasiat pengobatan tanaman ganja yang terbanyak di seluruh dunia sebelum abad ke-20. Berikut ini adalah daftar beberapa ahli pengobatan yang tercatat dalam literatur pernah menyebutkan mengenai khasiat obat dari ganja :
Ibn Masawayh (857 M) & Ishaq b. Sulayman (abad ke-10)
– Minyak biji ganja untuk menyembuhkan sakit di telinga. Ibn al-Baytar (1291)
– Minyak biji ganja untuk menyembuhkan gas (‘rih’) pada telinga. Al-Antaki (abad ke-16)
– minyak biji ganja dapat membunuh cacing dalam telinga & mengeluarkan benda-benda asing dan kotoran. Al-Dima (abad ke-9)
– Ganja untuk obat cacing perut. Al-Firuzabadi (abad ke-14 – 15) – Obat cacing kremi   habb al-qar’. Sabur ibn Sahl (abad ke-9)
– Menghilangkan rasa sakit kronis, sakit kepala, migrain, mencegah keguguran, gagal melahirkan, mengurangi sakit pada rahim, & menjaga bayi tetap pada abdomen ibunya (kitab “Al-Aqrabadhin Al-Saghir”). Ibn Wafid al-Lajmi (abad ke-11)
– Biji ganja untuk menambah produksi air susu ibu & menyembuhkan sakit amenorrhea. Avicenna/Ibnu Sinna (abad ke-10)
– daun dan biji ganja u/ mengobati & mengeluarkan gas dari perut. Al-Biruni (abad ke-12)
– Menyembuhkan rasa sakit kronis Al-Masi (1877)
– Daun ganja untuk mengeluarkan gas dari rahim, usus & lambung. Al-Mayusi (1877)
– Daun ganja untuk menghilangkan dahak dari perut. Ibn Habal (1362)
– Biji ganja untuk mengeluarkan cairan empedu dan dahak. Ibn al-Baytar (1291)
– Ganja untuk melancarkan buang air kecil. Ishaq b. Sulayman (1986) – Ganja bisa menghangatkan badan. Jabir ibn Hayyan (abad ke-8) – Ganja memiliki sifat psikoaktif (kitab al-Sumum). Umar Ibn Yusuf ibn Rasul (abad ke-13)
– Ganja sebagai obat sakit kepala. Ibn al-Baytar (1291 AH)
– Minyak biji ganja untuk mengurangi sakit syaraf. Al-Qazwini (1849)
– Jus ganja untuk mengurangi rasa sakit pada peradangan bola mata. Tibbnama (1712)
– Tumbukan batang dan daun ganja untuk mengobati wasir. Al-Masi (abad ke-10)
– Ganja untuk pengobatan epilepsi. Al-Badri (1464)
– Ganja untuk mengobati epilepsi. Abu Mansur ibn Muwaffak (abad ke-10)
– Ganja untuk mengobati sakit kepala (Kitab al-abniya ‘an haqa’iq al-adwiya). Avicenna (1294)
 – Jus dari daun ganja untuk obat panu di kulit. Al-Razi
– Jus daun ganja untuk merangsang pertumbuhan rambut. Ibn Buklari (abad ke-11)
– Jus daun ganja untuk menyembuhkan abses (tumor) di kepala. Muhammad Riza Shirwani (abad ke-17)
 – Minyak biji ganja untuk mengobati tumor pada rahim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar